Atap sirap merupakan jenis atap yang terbuat dari kayu dengan potongan papan tipis. Biasanya atap ini digunakan pada rumah atau bangunan dengan gaya tradisional, terutama joglo yang berasal dari Jawa. Namun, saat ini banyak juga rumah dengan gaya modern yang menggunakan atap sirap dengan bentuk dan desain yang dimodifikasi agar sesuai dengan konsep dan gaya arsitektur bangunan.
Salah satu keuntungan dari penggunaan atap sirap adalah menciptakan kesan alami dan natural. Namun, untuk memastikan keawetan dan daya tahan yang lebih lama, pemilihan jenis kayu harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Jenis Kayu yang Cocok untuk Atap Sirap
Kayu ulin merupakan jenis kayu yang paling baik untuk membuat atap sirap. Kayu ulin, juga dikenal sebagai kayu besi, memiliki daya tahan yang bisa mencapai ratusan tahun yang produksi awalnya dikenal dengan decking kayu ulin. Namun, saat ini kayu ulin semakin sulit didapatkan dan harganya pun tergolong mahal.
Sebagai alternatif, kayu jati tidak hanya diproduksi sebagai material mebel atau flooring jati namun, dapat digunakan meskipun kualitasnya tidak sebaik kayu ulin, namun kayu jati tetap memiliki daya tahan yang kuat.
Untuk bangunan dengan gaya arsitektur modern, sudah ada atap sirap atau kayu yang diproduksi menggunakan teknologi modern di pabrik. Atap ini dipotong menggunakan mesin, sehingga meskipun tampak lebih halus, alur serat kayu menjadi tidak teratur, yang mengurangi daya tahannya.
Di sisi lain, atap sirap yang terbuat dari kayu dengan potongan manual memiliki alur serat kayu yang mengikuti garis atau arah serat kayu tersebut. Konsep ini membuat atap memiliki daya tahan yang lebih kuat dan tampilan yang lebih indah.
Teknik Cara Memasang Atap Sirap
Dalam hal pemasangan, hal utama yang perlu diperhatikan ketika menggunakan atap sirap adalah ukuran atau derajat kemiringannya. Kemiringan minimal atap sirap sebaiknya dua puluh lima derajat, dan yang paling baik adalah empat puluh derajat. Ukuran ini memastikan bahwa air hujan dapat segera mengalir ke bawah. Jika kemiringannya kurang dari dua puluh derajat, air sulit mengalir dan dapat menyebabkan kebocoran dan keropos pada atap.
Teknik penyusunan atap sirap serupa dengan atap dari tanah liat, yaitu dimulai dari bagian bawah dan dilanjutkan ke bagian atas. Sebelum dipasang, setiap potongan atap sebaiknya diperiksa untuk memastikan presisi yang tepat. Jika presisi tidak tepat, susunan atap bisa menjadi renggang dan meningkatkan risiko kebocoran.
Beberapa atap sirap tidak memiliki penutup plafon lambersering (misalnya) pada bagian bawahnya. Hal ini bertujuan untuk menampilkan keunikan dan keindahan atap tersebut. Oleh karena itu, atap ini harus memiliki susunan yang rapat tanpa celah. Celah pada atap dapat memungkinkan sinar matahari masuk melalui celah tersebut dan mengurangi keindahan ruangan.
Agar kayu atap sirap dapat terpasang dengan kuat dan tidak melorot, kayu harus dipaku dengan hati-hati agar tidak pecah. Penggunaan paku tembak dengan menggunakan kompresor adalah pilihan terbaik. Selain dapat mengurangi risiko pecah pada kayu, waktu yang diperlukan juga lebih singkat.
Dengan memperhatikan pemilihan kayu yang tepat dan pemasangan yang hati-hati, atap sirap dapat memberikan keindahan, keawetan, dan daya tahan yang optimal bagi rumah atau bangunan Anda.
Pada umumnya dalam hal pemilihan material kayu untuk atap, harga atap sirap ulin memang tinggi akan tetapi minat masyarakat lebih memeilihnya dari pada material jati.