Di Indonesia, terdapat beberapa jenis kayu yang sering digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan atap sirap. Diantaranya adalah kayu ulin Kalimantan, kayu bengkirai, kayu masupang, kayu merbau dan kayu benuas. Dalam konteks ini, RAKAYU lebih memilih kayu ulin sebagai material utama untuk produksi atap sirap.
Salah satu alasan utama pemilihan kayu ulin kalimantan adalah karena kayu ini termasuk dalam kelas 1. Kategori kayu kuat di Indonesia dan sering digunakan dalam struktur bangunan. Kayu ulin memiliki serat yang sangat padat, menjadikannya memiliki berat kurang lebih 1400 Kg per kubiknya.
Selain itu, kayu ulin juga terkenal sangat tahan terhadap air dan serangan rayap kayu. Dan terbukti banyak diproduksi sebagai decking kayu ulin sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan atap sirap.
Awalnya, atap sirap kayu ulin dikenal dan digunakan secara turun temurun oleh masyarakat adat Kalimantan. Namun, karena bentuk dan bahan yang unik, atap sirap semakin populer di luar Kalimantan.
Pengguna atap sirap terbesar di Indonesia meliputi bangunan bersejarah atau heritage building seperti keraton, pasar tradisional, dan museum kuno. Selain itu, atap sirap juga sering digunakan dalam tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan pura. Rumah tinggal dengan gaya arsitektur klasik serta akomodasi wisata seperti hotel, cottage, bungalow, resort, dan gazebo turut menjadi pengguna utama produk atap sirap di Indonesia.
Atap sirap kayu ulin memiliki dua bentuk, yaitu sirap runcing dan kotak. Runcing: ujung depan yang lancip segitiga, dan sirap kotak dengan ujung berbentuk kotak atau persegi.
Memilih Bahan Baku Atap Sirap Kayu Ulin
Bahan baku untuk pembuatan genteng sirap kami adalah kayu ulin yang termasuk dalam jenis kayu dengan perijinan khusus. Oleh karena itu, peredaran dan perdagangan kayu ini sangat dibatasi, bahkan beberapa daerah melarang kayu ini keluar dari pulau Kalimantan, termasuk provinsi Kalimantan Tengah.
Sebagai solusi, kami memproduksi atap sirap kayu ulin dengan memanfaatkan limbah tebangan atau tunggul kayu. Tunggul kayu ulin ini diambil dari hutan sebagai hasil dari pembukaan lahan perkebunan sawit di Kalimantan.
Proses produksi atap sirap kayu ulin melibatkan berbagai tantangan. Bahan baku kayu diambil dari pembukaan lahan baru perkebunan sawit, yang masih berupa tunggul. Pengangkutan bahan baku genteng sirap dari dalam hutan ke pinggiran untuk proses pembelahan. Cuaca yang tidak menentu di pedalaman Kalimantan seringkali menyulitkan proses pengangkutan bahan baku sirap ulin.
Kendala lain yang sering dihadapi adalah suplai bahan bakar dan suku cadang mesin. Setiap hari, mesin gergaji lingkaran dioperasikan selama 8 jam penuh untuk mencapai kapasitas produksi atap sirap kayu ulin yang diinginkan. Maka tidak heran jika harga atap sirap tergolong tinggi mengingat prosesnya yang lama dengan tetap menjaga kualitas yang berani di adu.
Sebagai pemasok atap sirap kayu ulin dan olahan produk kayu lainnya, RAKAYU memiliki pengalaman dalam pengiriman atap atau genteng sirap ke berbagai kota dan pulau di Indonesia. Diantaranya kota-kota besar di Pulau Jawa, Bali, Maluku, Sampit, Sulawesi, Medan, Batam dan kota lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.